Add to Technorati Favorites

Rabu, 14 Desember 2011

Mengatasi Kemarahan (Amsal 16:32; Efesus 4:26)

Akibat dari sebuah kemarahan sangatlah buruk. Manusia melakukan hal yang paling gila saat mereka marah. pernahkan saudara melihat anak balita marah? Saya pernah menyaksikan kemarahan anak kecil yang kemarahannya begitu mengerikan. Matanya melotot seolah olah ingin menelan dan membunuh orang sekitarnya. Dia marah bukan kepada sesama anak kecil, tetapi kemarahannya itu dilampiaskan kepada orang orang dewasa yang ada disekitarnya. Ketika dia dipegang kuat kuat, dia mengamuk, memberontak. Anak itu baru tenang setelah istri saya yang menanganinya dengan melotot juga.

Pernahkah saudara melihat anak remaja marah? Saya yakin sering kita lihat di televisi. ketika mereka tawuran mengakibatkan snagat banyak kerusakan.
Pernahkah saudara melihat ibu rumah tangga marah? suami marah? orang tua marah? orang terkenal marah? apa hasilnya?

Pernahkah saudara menyaksikan orang yang bisa menguasai kemarahannya? Mereka yang bisa menguasai kemarahannya adalah orang yang hebat. Firman Tuhan mengatakan:” orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai idirnya melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32). Kekuatan dan keberanian yang dibutuhkan untuk menguasai diri dan untuk menguasai kemarahan lebih besar daripada kekuatan yang dibutuhkan untuk menguasai kota. Suatu kali Bill Hybels mewawancarai seorang pahlawan dari perang vietnam. setelah menjawab segala pertanyaan Bill Hybels mengenai perjuangan hidup matinya di memdan perang, tentara itu kemudian bercerita bahwa saat ini dia menghadapi tantangan yang jauh lebih besar, yakni tantangan untuk membangun pernikahannya yang sudah hancur berantakan. Ia mengatakan bahwa dibutuhkan keberanian yang lebih sedikit untuk masuk ke markas musuh di vietnam dariapda menelan harga dirinya dengan mengikuti konseling pernikahan, menghadapi kebenaran tentang dirinya dan pola hubungannya dengan istrinya.

bagaimana dengan saudara? apakah saudara sudah mampu menguasai kemarahanmu? Menguasai diri jauh lelbih baik daripada menguasai kota. Menguasai diri berarti mengendalikan amarah kita.

Bagaimana caranya menangani kemarahan kita? Kebanyakan manusia memilih dua cara untuk menangani kemarahannya yakni dengan memendamnya atau melampiaskannya.

Pertama, memendam kemarahan bukanlah cara yang baik dalam menangani kemarahan

Orang yang memendam kemarahan menganggap bahwa dirinya tidak pernah marah karena dia tidaklah melampiaskan kemarahannya. Mereka yakin bahwa inilah cara yang terbaik dalam menangani kemarahan. Pemahaman seperti ini salah. Mengubur perasaan marah sama dengan membuang limbah beracun di sebuah tempat yang jau di luar kota. orang menganggap bahwa masalah limbah beracun ini sudah beres ketika mereka membuangnya di luar kota. Namun ketika tempat itu sudah penuh dengan limbah limbah beracun, masyarakat mulai mengalami sakit penyakit. Hal ini disebabkan karena pengairan terkontaminasi oleh limbah beracun tersebut. Sama halnya dengan kemarahan yang disimpan, akan meracuni tubuh kita dengan berbagai macam penyakit fisik dan psikis. Hal ini ditemukan ketika sebuah penelitian mendapatkan pasangan yang memendam kemarahan memiliki angka kematian dua kali lebih tinggi daripada pasangan yang saling bersikukuh. Setidaknya itu pengamatan yang dilakukan terhadap 192 pasangan di Amerika Serikat selama 17 tahun! ” Penelitian menemukan, memendam kemarahan meningkatkan penyakit terkait stres seperti serangan jantung dan darah tinggi. Penelitian itu menunjukkan bagaimana marah yang terpendam dalam perkawinan akan berpengaruh pada usia kematian. Angka kematian itu meningkat lagi seiring umur, merokok, berat badan, tekanan darah, problem pernafasan, dan risiko kardiovaskular. Memendam kemarahan akan meracuni bukan hanya fisik melainkan juga jiwa saudara. Orang yang suka memendam kemarahan akan menyatakan kemarahannya itu dalam bentuk lain, yakni bad mood, mudah tersinggung, menarik diri dari hubungan, mencoba memanipulasi orang dengan mengatakan “saya tidak apa-apa” saya tidak marah. Masih banyak efek samping lain jika kita memendam kemarahan. Memendam kemarahan bagaikan menggenggam sebuah bara panas dengan niatan untuk melemparkannya ke seseorang. Sebenarnya dirimu lah yg terbakar.

Memendam kemarahan bukan berarti sudah bebas dari kemarahan. Memendam kemarahan berarti tidak menyalurkan kemarahan itu tetapi masih tetap marah kepada orang tersebut. Musuh kita sebenarnya bukanlah orang yang membenci kita tetapi orang yang kita benci. Ada cerita mengenai seorang lelaki yang dipejara karena tidak bayar hutang. setelah menjalani hukuman selama 5 tahun, dia kemudian dilepaskan. Suatu hari dia mengobrol dengan sahabatnya. Sahabatnya bertanya kepadanya: ”Apakah kamu sudah melupakan orang yang memenjarakanmu” Jawabnya, “belum. Saya masih sangat membenci dia’ Sahabatnya tertawa kecil dan berkata, ”Kalau begitu, dia masih memenjara dirimu.”

Memendam kemarahan tidaklah menyelesaikan kemarahan itu sendiri. Memendam kemarahan hanyalah menunda kemarahan untuk kemudian menjadi dendam kesumat yang berbahaya. Jika kemarahan ini tidak diatasi, maka kelak akan menimbulkan efek yang sangat merusak.

Ada kisah tentang seorang anak laki-laki, ayah dan ibunya sering bertengkar di hadapan anak mereka lalu mereka memutuskan untuk bercerai. Ibu anak ini menikah lagi dengan orang lain. Dalam keluarga yang baru ini, anak ini sering melihat ibunya disiksa oleh ayah tirinya. Kejadian ini membuat dia sangat marah terhadap ayah tirinya itu. Ketika ia beranjak dewasa, anak laki-laki ini masuk sekolah jurusan seni. Gurunya pun yang berasal dari suku yang sama dengan ayah tirinya -mengejek dia dengan berkata bahwa ia tidak masuk hitungan. Kemudian anak laki-laki ini menendang gambar itu dan keluar dari sekolah tersebut dalam kemarahan. Ia memendam kemarahan terhadap suku ayah tirinya. Kemarahannya mendorong dirinya untuk belajar menjadi orang yang hebat. Setelah ia menjadi orang yang hebat, ia membalas semua perbuatan ayah tirinya dan gurunya. Ia membunuh dengan sadis suku tersebut sebagai ungkapan kemarahannya. Ia membunuh 6 juta orang dari suku itu. Anda mau tahu siapa anak laki-laki ini? Dia adalah Adolf Hitler!

Paulus mengingatkan jemaat di Efesus agar jangan memendam kemarahan mereka. Paulus berkata apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (Efesus 4:26). Kemarahan tidak boleh dipendam sampai matahari terbenam. Kemarahan harus segera dibereskan sebelum matahari terbenam.

Kedua, Mengatasi kemarahan dengan cara melampiaskannya adalah cara yang salah.

Orang yang melampiaskan kemarahan ini seperti bendungan yang jebol. Mereka tidak akan menyimpan kemarahan yang akan membuat mereka sakit perut atau tidak enak hati. Jika mereka marah maka mereka akan membanting pintu, menendang anjing, membanting piring, mengutuki orang. Mereka tidak peduli ketika orang lain terluka. Mengatasi kemarahan dengan cara seperti ini sangatlah merusak hubungan dan merusak orang lain.

Seorang perempuan yang suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, “Kalau amarah saya sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih baik diluapkan saja. Betul, tidak?” Temannya pun menimpali, “Yah, tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang terjadi bisa sangat fatal.”

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya berusaha keras untuk membuang sifat buruk anaknya.Suatu hari ia memanggil anaknya dan memberinya sekantong paku.
Paku?
Ya, paku!
Sang anak heran.
Tapi, bibir ayahnya justru membentuk senyum bijak.
Dengan suaranya yang lembut, ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali marah.
Ajaib!
Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku!
Begitu juga di hari kedua, ketiga, dan beberapa hari selanjutnya.
Tapi, tak berlangsung lama.
Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap.
Ia menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan begitu banyak paku ke pagar.
Akhirnya, kesadaran itu membuahkan hasil.
Si anak tak lagi pemarah.
Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya.
Sang ayah tersenyum.
Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari berlalu, dan si anak berhasil mencabut semua paku dari pagar.
Ia bergegas melaporkan kabar gembira itu kepada ayahnya.
“Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku.
Tapi,lihatlah lubang-lubang di pagar ini.
Pagar ini tidak akan bisa seperti sebelumnya”, kata si ayah bijak.
“Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu membekas seperti lubang ini di hati orang lain.
Tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada”.
Ucap sang ayah lembut namun sarat makna.
Sang anak membalas tatapan lembut ayahnya dengan mata berkaca-kaca.
Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya.

Sangat berbahaya bersahabat dengan orang yang suka melampiaskan kemarahannya ini. Amsal 22:24 mengatakan :” jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah. Mereka yang suka melampiaskan kemarahannya disebut oleh Alkitab sebagai orang bebal.

Kemarahan yang dilampiaskan bukan hanya merusak orang lain, tetapi juga merusak diri kita. Kemarahan yang tidak terkendali dapat menganggu kesehatan dan berpotensi merusakkan diri kita sendiri. Tahukah saudara mengapa Beethoven menjadi tuli? Karena kemarahannya yang tidak terkendali yang menyebabkan ketuliannya. seorang bisnisman mendadak meninggal dunia setelah menumpahkan kemarahannya yang tidak terkendali terhadap istrinya. Para dokter dewasa ini memberitahukan bahwa kemarahan yang tidak terkendali dapat memproduksi racun-racun kimiawi di dalam tubuh kita yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti: kanker dan jantung. Orang-orang mudah menumpahkan kemarahannya cenderung beresiko mengalami stroke lebih besar daripada orang-orang yang hidup dalam damai sejahtera Tuhan di hati dan pikirannya. Orang-orang yang menyimpan kemarahan sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang meracuni kehidupan mereka sendiri. Jika kita terus memendam kemarahan, kita tidak sedang menyakiti orang lain, kita tidak sedang menyakiti perusahaan atau boss yang memperlakukan kita tidak adil, kita tidak sedang menyakiti Tuhan. Kita hanya menyakiti diri kita sendiri. Kemarahan yang tidak terkendali dapat menghancurkan harapan dan masa depan saudara Anda. contoh bila anda membuka usaha dagang bersama teman-teman saudara. Kemudian usaha ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Banyak konsumen yang percaya akan produk yang anda jual. Tetapi kemudian muncul masalah dengan rekan bisnis anda yang membuat anda marah besar. Anda mulai ada perselisihan, percekcokan dan perlahan-lahan mengganggu jalannya usaha anda. Karena kemarahan sudah menguasai hati dan pikiran anda, akhirnya anda menutup usaha dan bubarlah usaha tersebut. Segala harapan dan impian untuk memperbesar usaha segera musnah karena kemarahan yang tidak bisa dikendalikan. Kemarahan dapat menghancurkan masa depan saudara. Kemarahan memisahkan hubungan antar keluarga.

Ketiga, Cara terbaik dalam menangani kemarahan adalah menyelidiki diri kita “mengapa kita marah?

Memendam kemarahan ataupun melampiaskannya sama sama tidak dapat menghilangkan kemarahan. ketika seseorang meluapkan kemarahannya bukan berarti setelah itu dia bebas dari kemarahan. Dalam beberapa kasus, pengekspresian kemarahan yang tak terkendali akan menghasilkan kemarahan yang lebih besar lagi. Jika kemarahan dilampiaskan tanpa mencari akar persoalan mengapa saya marah, maka kemarahan itu tidak akan hilang dari diri kita. Satu satunya cara untuk meninggalkan kemarahan adalah dengan belajar dari kemarahan kita. Tanpa pemahaman terhadap akar kemarahan kita, maka kita akna terus berada dalam lingkarang kemarahan. Pertanyaan mendasar yang harus ditanyakan setiap kali kita marah adalah “mengapa saya marah?

Marah adalah sebuah indikator bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sama halnya dengan tubuh kita. Tubuh kita memiliki juga indikator. Suatu hari saya tidak bisa makan. setiap makanan yang masuk ke dalam perut saya, akan membuat saya mual dan muntah, padahal biasanya tidak seperti itu. Ini artinya tubuh saya memberikan indikator bahwa ada bagian dalam tubuh saya yang tidak beres. Ternyata betul, setelah dicek ke dokter, saya menderita hepatitis A.

Sama halnya dengan kemarahan kita. pada waktu saudara marah, itu artinya ada yang tidak beres di dalam diri jiwa kita, dalam pikiran kita. ketidakberesan ini mesti ditemukan dan harus bisa menjelaskan mengapa saudara marah?. Apakah akar penyebab kemarahan saudara? Saudara mungkin marah disebabkan oleh faktor luar, seperti misalnya marah dengan sikap seseorang yang sombong dan bersikap seperti boss atas diri saudara padahal saudara bukanlah bawahan dia. atau saudara marah karena kemacetan lalu lintas, atau saudara marah karena suami sangat egois. semua penyebab kemarahan tersebut adalah karena faktor eksternal. Penyebab kemarahan bukan hanya dari luar, tetapi juga beradal dari dalam hati. sikap yang tersembunyi itu diusik oleh sesuatu yang dari luar. Agar supaya bisa menangani kemarahan kita, maka yang perlu diatasi adalah faktor internal ini. kita perlu membuka sikap yang tersembunyi ini.

Kita kembali kepada contoh, dimana saudara marah karena seseorang bersikap sombong dan seolah olah menjadi boss atas dir saudara, padahal saudara bukanlah bawahan dia. Tanyakanlah kepada diri saudara, mengapa saudara marah? mengapa saudara marah karena diperlakukan seperti itu? Jika alasan internal saudara adalah harga diri saya disinggung, maka lebih baik saudara jangan marah. Kemarahan dengan alasan itu tidaklah tepat. kita marah bukan karena kebenaran dilanggar, melainkan hanya karena harga diri atau ego atau kesmongongan kita dilanggar. itu artinya, kita sama sombongnya dengan dia yang menyombongkan diri atas diri kita. Kita mesti belajar untuk rendah hati.

Contoh yang lain adalah, suatu hari seorang ibu marah karena suaminya mengantar teman kantornya pulang ke rumah sehingga sang suami tiba di rumah lebih telat dari biasanya, padahal mereka sudah janji akan pergi bersama anak anak ke Mall. ibu itu harus bertanya kepada dirinya sendiri:” mengapa saya marah?. Jika alasannya marah karena ada kebenaran yang dilanggar yakni janji kepada anak anak dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya, maka ibu tersebut pantas untuk merah dan menegur suaminya. atau jika dia marah karena yang diantar oleh suami itu adalah perempuan muda atau janda, maka dia pantas marah, untuk menjaga jangan sampai suaminya jatuh ke dalam dosa perselingkuhan. Tetapi jikayang diantar pulang oleh suaminya adalah orang sakit dan susah, seorang pegawai rendahan yang tidak punya uang dan suaminya pun sudah memberitahukan kepadanya sebelumnya bahwa kemungkinan pulang telat, maka ibu itu seharusnya tidak perlu marah karena TIDAK ADA KEBENARAN YANG DILANGGAR.

Tentu ada banyak lagi kasus kasus yang tidak bisa diungkapkan di bagian ini, tapi intinya adalah carilah sikap internal apa yang diganggu sampai kita marah, kemudian nilailah apakah sikap internal yang diganggu itu adalah kebenaran atau bukan? atau sekedar egonya kita saja? Jika kebenaran yang diganggu, maka saudara perlu marah dan menyampaikan kemarahan itu dengan baik serta mengungkapkan alasan mengapa saudara marah. Tetapi jika hanya karena harga diri, ego, dan tidka berkaitan dengan kebenaran, hentikanlah kemarahan saudara itu. semoga, melalui tulisan ini, saudara dapat mengerti bagaimana mengatasi kemarahan.

Salam
Pdt. Yohannis Trisfant.


SUMBER

Kamis, 11 Agustus 2011

Mental Anak Raja, Siapa Papa kita?

Ada peribahasa "Like Father like Son" pribahasa itu berbicara bahwa sorang anak biasanya cenderung mirip dengan Ayahnya. Walaupun mungkin tidak sepenuhnya mirip atau selalu mirip. Tapi faktanya memang rata-rata orangtua memiliki karakter yang sama dengan anaknya. Banyak kejadian yang biasanya ayahnya seorang pemulung anaknya pun menjadi seorang pemulung, supir jadi supir. mengapa? Karena sorang anak biasanya akan melihat sikap orangtuanya, kalau orangtuanya mudah marah, mudah tersinggung, suka lalai janji, suka berbohong, sedikit banyak anak pun akan mengikuti jejak. Pohon yang buahnya buruk tidak mungkin menghasilkan buah yang baik.

Sebenarnya kita adalah anak-anak Tuhan, Bapa di surga, sadarkah kamu? Ketika kita memanggil-Nya "Bapa" berarti kita adalah anak. Jadi kita harus memiliki karakter yang serupa dengan "Bapa" kita, :D. Tahukah teman bahwa surga dan bumi dan jagat raya adalah kepunyaan-Nya? "Bapa" kita itu sangat kaya! juga sangat bijaksana loh. Nah, karena kita adalah anak Raja, Jadi kita pun harus memiliki karakter seorang pangeran. Seorang pangeran sejati itu bijaksana, kuat, berani, tegas, lembut, pokoknya semua yang mirip "bapa" deh. Kita adalah pangeran.

Emm, sering kali banyak orang sebagai anak Raja memiliki karakter yang kurang berintegeritas. Hal sepele seperti buang sampah sembarangan, pelit (anak Raja koq pelit? emangnya takut apa sich?! hahaha), kalau beli barang tawar sampe gila padahal orang itu juga untungnya sedikit, kalaupun seandainya seburuk-buruknya kita ketipu juga gak akan bikin dia kaya koq so kadang-kadang kita perlu iklasin aja, berkati dia dunk.

So, Kita sebagai anak Raja harus memiliki karakter yang unggul dan berintegeritas tinggi! Jangan malu-maluin Papa kita yah :D.

Senin, 25 April 2011

Waktu Mu akan segera Tiba!

Ketika hari gelap di sebuah taman, malam itu adalah malam yang kelabu, suram dan menakutkan bagi Yesus. Ia berkeringat tetesan-tetesan darah. Yah, itu adalah malam yang mengerikan, karena Yesus akan di tangkap dan di salib. Keadaan sepertinya sudah berat dan sudah kalah. Huft! itu sangat menyedihkan. Yesus pun berdoa, Ia melihat malaikat-malaikat surga.
Tak lama kemudian datanglah tentara-tentara roma dengan membawa pentungan untuk menangkapnya. Ia memikul salibNya, salib yang kasar, dengan mahkota duri di kepalanya. Ia merintih kesakitan. Orang-orang menghina dia. Ia berdiri lagi Ia mulai berjalan lagi menginjak batu-batu yang tajam sampai Ia terjatuh Ia tertiban oleh salib yang berat dan kasar itu. Dan tiba-tiba ada seorang yang membantu Yesus membawa salib itu. Membantu Ia berjalan dan menyelesaikan salib itu.
Bukit tengkorak namanya, Itu adalah tempat hukuman orang yang berdosa berat. Ia berada di sana. Sampai Ia tergantung di atas salib, Ia merasa tertolak, orang-orang menghinaNya, Ia menanggung setiap hinaan, caci maki, Ia merasa kesepian di atas salib itu. Dengan tubuh yang hancur, darah yang mengucur dari sekujur tubuhNya, Ia menangis. Sampai akhirnya Ia berteriak "Bapa! Bapa! Mengapakah engkau meninggalkan aku?" tetapi langit pun diam tidak ada pertanda apapun. Yesuspun berkata "sudah selesai" Ia pun mati.
Malam itu adalah hari jumat ketika Ia mati. Ia di kuburkan. Hari itu semua sunyi senyap. Iblispun tertawa karena kemenangannya. Murid-murid pun ketakutan mereka bingung karena tidak ada pegangan, mereka merasa tersesat. Mereka semua sangat sedih. Tidak ada lagi harapan saat itu. Semua tertutup. Hingga terbitlah matahari pagi di hari minggu yang cerah. Apa yang terjadi? Batu penutup kubur terguling, penjaga ketakutan seperti orang mati karena melihat malaikat. Apa yang terjadi? Yesus Bangkit! Ia menang atas maut! Ia hidup sampai selama-lamanya.
Tahukah teman? Kabangkitan itu adalah sebuah kemenangan! Sebuah pemulihan! Dan kita semua yang menjadi sahabat-sahabatNya tidak akan di tinggalkanNya.
Teman, mungkin kita sedang dalam keadaan yang berat suram. Kita memiliki pergumulan yang sulit. Ekonomi sedang buruk, kesehatan kita sedang buruk, hubungan kita dengan teman-teman atau keluarga sudah hancur. Impian-impian sudah mati, sudah terlupakan. Tidak lagi ada harapan. Segala sesuatu gelap! Kita lelah!, kecewa berat dengan keadaan!, Huft! Keadaan itu seperti hari jumat, hari yang gelap, mengerikan, kelabu.
Tetapi, hai teman! tahukah kamu? kalau Tuhan akan menyelesaikan apa yang Ia mulai. Ia berjanji kita akan utuh! Kita akan terbebas dari utang-utang. Kita akan sehat. Keluarga kita akan di pulihkan. Ia akan menyelesaikan setiap impian yang pernah ia berikan kepada kamu. Adakah sesuatu yang pernah membuat kamu semangat? impian-impian yang pernah kamu tinggalkan? Tujuan yang telah di lepaskan? Mungkin impan-impian itu membutuhkan waktu yang lama untuk terwujud. Sepertinya mustahil, dan itu membuat kita kecewa! sehingga kita berpikir "wah itu tidak akan terjadi untuk ku" kalau kata sule "you me END!" hehe..
Kita diam sejenak ... ... ... renungkan impian-impian yang kita lewatkan. Dan renungkan janji-janji tuhan.

Oke, sekarang lanjut. Saat malam jumat itu Yesus takut hingga keringetNya menjadi tetesan darah. Wow. Tapi Yesus tidak berdoa singkirkan ini dari Ku, Ia hanya minta kekuatan dari Bapa di surga. Ia tetap berdiri. So, kita pun harus tetap berdiri, tetap percaya, terus berdoa, lakukan yang terbaik, jaga sikap kita, tersenyumlah melewati hari.
Sekuat-kuat Yesus berjuang Ia pun jatuh tertiban salib itu. Itu berpesan sekuat-kuat kita, satu saat ada di mana saat kita lemah, terjatuh dengan beban berat dalam hidup ini. Tetapi Tuhan berjanji akan mengirimkan kita penolong. Saat Yesus jatuh seseorang menolong membawa salibNya. Saat kita lemah akan ada seseorang yang tuhan kirim untuk membatu kita juga.
Jadi, teman! berdirilah, jangan kalah. Berjalanlah! Ingat ada hari minggu, hari kemenangan kita! Saat kita pelan-pelan jalan, Lakukan yang terbaik! bersikaplah "mungkin ini butuh waktu lama, aku mengalami pengalaman buruk. Aku tidak dapat melihat sesuatu yang baik terjadi, Tapi Aku tahu Tuhan mempunyai sebuah penyelesaian, jadi aku tidak akan melepaskan impian-impian ku" Aku akan bersemangat menjalani hidup dengan tujuan, aku akan bergairah. Aku akan menyambut setiap pagi dengan pengharapan-pengharapan besar! Sekarang hari Jumat tapi Minggu akan segera tiba!
Cukup-cukup! Anda mengatakan, saya lelah, itu tidak akan berhasil!!
Ok", saya mengerti beban ini terlalu berat! Tapi, Ijinkan saya mengatakan beberapa hal lagi.

Keadaan tampaknya berakhir? Gelap? Sadarlah! itu hanya permulaan! Hal yang baik akan segera datang. Katakanlah perkataan kemenangan dan kata-kata iman setiap hari! Saya yakin sahabatku, kamu akan segera keluar dari keadaan buruk itu. So, katakanlah dengan suara nyaring jangan mengeluh! peganglah buku keuangan anda katakan dengan iman "Sudah selesai" (maksudnya keuangan buruk akan segera berlalu yang baik akan datang). Bersikaplah yakin sahabatku, seolah-olah itu sudah di tanda tangani, itu pasti terjadi, bertindak seolah-olah itu sudah terjadi. Kalau kita sedang sakit, dan orang bertanya "hai, bagaimana keadaanmu? sepertinya tidak membaik ya?" katakanlah kepada mereka "ya, tapi aku akan segera sembuh, aku akan segera pergi bermain lagi" hehe.. Pokoknya jadilah positif, percayalah, Ingat hari kebangkitan anda akan segera tiba! haha.. Percayalah!

GBU

Jumat, 22 April 2011

Kuasa dalam Sorak!


Dalam setiap pertandingan besar seperti sepak bola, basket, atau apapun, kita bisa lihat banyak orang-orang bersorak untuk tim yang mereka dukung. Mereka bersorak untuk tim favorit mereka. Teman saya pernah cerita kalau sebuah tim sedang bertanding jika tidak ada suporter (orang yang bersorak / menyemangati) tim itu bertanding kurang gairah, lemas. Apalagi kalau tim lawan membawa banyak suporter, waw, "makin lemes" dia bilang.

So, kita bisa lihat dari sini kalau bersorak memiliki suatu kuasa. Pada Mazmur 47:6 di katakan Allah naik dengan diiringi sorak-sorai. Nah, kata 'naik' berasal dari kata 'alah' yang artinya merangsang. So, Allah bangkit dengan dirangsang oleh umatNya. Sebenernya temen-temen tahu gak? Kalau Tuhan itu selalu berperang untuk kita, Ia selalu membela kita, menjaga kita. Kalau kita bersorak-sorai untuk Allah kita, "Mazmur 68:2 berkata Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuhnya". Tidak ada suatu kuasa apapun yang sanggup bertahan melawan Allah. Jadi, kalau kita bersorak-sorai untuk Allah. Allah akan bangkit dan berperang untuk kita dan kita pasti menang! karena Tuhan kita adalah Tuhan pemenang.

Sebenarnya siapa sich musuh-musuh kita? Musuh kita adalah iblis. Iblis selalu membuat kekacauan. Ia membuat kita bete, berpikir yang salah/negatif, ia merebut sukacita kita, ia membuat masalah-masalah, pokoknya dia adalah musuh.

Jadi, sorak-sorai adalah pemicu untuk Allah bangkit. Bersorak itu bukan saja waktu kita lagi nyanyi di gereja tepuk tangan, memang itu adalah waktu kita untuk bersorak juga, saat itu bersoraklah dengan penuh semangat gak perlu pikirin kanan kiri, fokus aja sama Tuhan. Nah, tapi sorak-sorai bisa saat kita misalnya sedang cuci piring, cuci baju, atau ngapain aja sambil kita bersenandung/nyanyi" sendiri, sambil mikirin kebaikan Tuhan, kemurahanNya, wow, it's amazing. So, Bersoraklah buat Tuhan dan Ia akan bangkit! Kita Menang!! Amin..

GBU All :D

Mazmur 47:6 Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, Ya Tuhan itu, dengan diiringi bunyi sangkakala.

Mazmur 68:2 Allah bangkit maka terseraklah musuh-musuh-Nya, Orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya.

Senin, 11 April 2011

Jenis-Jenis Sifat Buruk


Baca Amsal 26.

Beberapa jenis sifat yang jangan kita miliki, atau kita akan hancur! , yaitu:

1. Orang bebal

Suka menyalahkan orang lain. Senang mencari alasan untuk membenarkan diri. Suka memutar balik fakta. Suka menjudgment/sembaragan menilai orang lain. Mendengarkan firman tetapi kehidupannya tidak berubah. Bebal juga sama dengan bodoh atau suka jahil. Ia tidak suka di beritahu, baginya ia adalah yang paling benar! Ia suka mengulangi kesalahannya / bodoh.

Akibatnya ia cenderung di hindari orang-orang, karena menyebalkan. "Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatan tidak layak bagi orang bebal. Amsal 26:1". Sebenarnya orang seperti ini sangat kasihan.

2. Orang yang menganggap dirinya bijak.

Orang ini lebih parah dibandingkan orang bebal. Orang ini sulit di beritahu. Suka 'sok tahu'. Biasanya malas untuk belajar. Seperti tong kosong nyaring bunyinya, begitulah peribahasa yang tepat untuk orang ini. Ia memiliki sifat-sifat orang bebal. Ia merasa paling pintar, sehingga sia-sia lah memberinya nasihat, ia suka menganggap rendah orang lain.

Akibatnya ia di jauhi orang lain. Ia tidak di senangi.

3. Si Pemalas

Orang ini juga suka menganggap dirinya bijak. Ia senang mencari-cari alasan untuk menghindar dari pekerjaan. Ia senang tidur hingga tidak tahu waktu. Ia lebih senang tidur dari pada melakukan kewajibannya. Orang ini cenderung pasif, lamban. Lebih parahnya orang seperti ini lebih parah di banding dengan orang bebal dan orang yang menganggap dirinya bijak. Jika di berikan suatu pekerjaan ia cenderung menunda-nunda. Ia malas berusaha. Sering berpikir negatif dan suram.

Akibatnya ia tidak akan pernah berhasil dalam kehidupannya, ia hanya akan berjalan berputar-putar setiap hari, seperti pintu berputar pada engsel nya.

4. Si Pembenci

Ia senang berpura-pura baik, padahal ia menyimpan banyak rencana kejahatan. "berpura-pura dengan bibirnya, tetapi di dalam hatinya di kandungnya tipu daya. Amsal 26:24". Orang ini cenderung sensitif dan mudah tersinggung. Ia sulit untuk melupakan sakit hatinya. Ia sering memikirkan atau membayangkan orang yang ia benci mendapat celaka. Ia memiliki moto gigi ganti mulut, jari ganti tangan, alias pembalasan 7x lipat lebih sakit.

Akibatnya ia sulit untuk bergaul. Ia cenderung menghindar. Ia tidak akan pernah bahagia dalam hidupnya. Menjadi sangat negatif dan kritis.






Banyak di antara kita memiliki karakter seperti di atas walaupun tidak banyak. Mungkin sangat sulit untuk mengampuni, untuk berubah. Berubah memang tidak terjadi dalam sehari. So, jangan menyerah dengan sifat-sifat itu jika kita sadar kita memilikinya. Terkadang kita tahu bahwa jika kita dendam itu dosa, tetapi apa daya kita dendam juga. Terkadang kita tahu jika kita berkata yang negatif/perkataan yang tidak membangun itu dosa, tetapi apa daya kita melakukannya juga. Sangat tragis.

Apa yang harus kita lakukan?

Sekarang berdoalah, minta pengampunan pada Tuhan, dan ingat mulai belajar untuk menjadi lebih bijak, jangan terpancing dengan pikiran-pikiran yang mengarahkan kita pada sikap-sikap di atas.

Tuhan Yesus, aku sadar bahwa aku selama ini sudah salah dalam bersikap. Tuhan, ampuni aku. Tuhan, tolong aku untuk berubah menjadi lebih baik, aku tidak sanggup untuk ini, tetapi aku tahu bahwa engkau yang akan bekerja di dalam aku. Engkau yang akan selalu mengingatkan aku untuk menjadi orang yang sopan, penuh hormat, ramah dan bijak. Sekarang juga aku mengampuni orang yang selama ini aku benci, aku serahkan semuanya kepadaMu. Mulai hari ini, besok dan seterusnya, tuntun aku dalam kehidupan ini, dalam Nama Yesus aku berdoa, amin.

GBU..

Rabu, 09 Februari 2011

Everyday Answers

Got Problems? Make a Trade with God

by: Joyce Meyer


Did you know that God wants to make a trade with you? He has a standing offer every minute of every day, and it's amazing how few of us actually take Him up on it. He wants you to give Him all your cares, problems and failures. In return, He'll give you His peace and joy. On top of that, He promises to protect and take care of you.

Let Go of Your Worry...
God really does want to take care of us, but in order to let Him, we've got to stop trying to take care of ourselves and worrying about every little thing we can't control. Many people would like for God to take care of them, but they insist on worrying or trying to figure out an answer on their own instead of waiting for His direction. They wallow around in puddles of their own worry, wondering why God doesn’t give them peace. God will give us peace, but we must first give Him our worries.

We give God our worries by trusting that He can and will take care of us. By trusting God, we're able to rest in Him, knowing that He has the situation well under control. Worry, on the other hand, is the opposite of trust. Worry steals our peace, wears us out physically, and can even make us sick. If we're worrying, we're not fully trusting God, and we'll never be able to experience His peace.

...and Pick Up God’s Peace!
What a great trade! We give God our worry, and He gives us His peace. We give Him all our cares and concerns, and He gives us His protection, stability and joy. That's the privilege of being cared for by Him.

Because He cares for us, He wants us to live in peace and not be all tied up in knots of worry. He has ways of guiding us toward peace if we're alert enough to sense His direction.

Read the Signs
Imagine that you're driving down a road. Along the way, there are signs that provide direction or give warning. If you pay attention to the signs and follow their instructions, you will safely reach your destination.

In the same way, on the road of life there are spiritual signs along the way. In order to stay under God's protection, you must obey these signs that tell you to trust Him and not worry. Don't be afraid; have courage. If you'll pay attention to these signs, you'll find it's easy to stay on course. You'll experience the protection, peace and joy that only God can provide.

However, if you fail to heed the signs, you may notice that the road seems a little bumpier than usual, and you aren't as confident in your ability as you once were. You may become anxious about the unknown things waiting around the corner, and even veer off the road.

Focus on Today
Anxiety is like putting on a heavy coat on a hot summer day. It weighs you down. It’s difficult to move and stifling to wear. According to Webster's Dictionary, anxiety is "a state of being uneasy, apprehensive or worried..." Sometimes this uneasiness is really vague—something we just can't put our finger on. All we know is that we're uneasy.

You and I don't need to be anxious about tomorrow when we have all we can handle today. Even if we manage to solve all our problems today, we'll just have more to deal with tomorrow...and more the next day.

Why waste time worrying when it's not going to solve anything? Why be anxious about yesterday, which is gone, or tomorrow, which hasn't arrived yet? Trade in your worries today for God's peace.

Resource: Joyce Meyer Ministries